ASEP NEWS, Kolom OPINI, Minggu (10/08/2025) – Artikel berjudul “Asep: Nama, Identitas, dan Jembatan Budaya” ini merupakan karya tulis Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani, S.H., M.Si.Han., Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS), Ketua Dewan Pembina (KDP) Paguyuban Asep Dunia (PAD), Dewan Pembina Asosiasi Media Independen Online (MIO) Indonesia, dan founder (pendiri) Asep News (AsepNews.id).
Nama adalah identitas. Ia bukan sekadar label, melainkan penanda eksistensi, doa, dan harapan yang disematkan orang tua. Di tatar Sunda, nama Asep memiliki tempat istimewa. Ia adalah nama yang umum dan sederhana. Namun, menyimpan makna mendalam bagi masyarakat. Lebih dari itu, Asep telah menjadi simbol persaudaraan dan kebersamaan yang terwujud nyata dalam Paguyuban Asep Dunia (PAD).

Perayaan Milangkala ke-15 PAD yang seharusnya dilaksanakan tanggal 1 Agustus sebagai hari lahirnya Paguyuban Asep Dunia diundur menjadi tanggal 10 Agustus karena situasi dan kondisi.
Pelaksanaan dilaksanakan di Graha Wirakarya Ciparay
Apabila kita simak lima belas tahun bukanlah usia yang singkat bagi sebuah organisasi. Dalam kurun waktu tersebut, PAD telah menorehkan berbagai catatan penting dalam upaya pelestarian budaya Sunda dan penguatan identitas Asep di seluruh dunia. Milangkala ke-15 ini menjadi momentum yang tepat untuk merenungkan kembali perjalanan panjang yang telah dilalui, serta merumuskan langkah-langkah strategis untuk masa depan.

Asep dan Identitas Sunda
Nama Asep, dalam budaya Sunda, seringkali diberikan kepada anak laki-laki sebagai harapan agar kelak menjadi sosok yang kasep (tampan), cageur (sehat), bageur (baik hati), dan singer (pintar). Lebih dari sekadar harapan, nama ini juga mengandung nilai-nilai luhur budaya Sunda, seperti someah (ramah), silih asih (saling mengasihi), silih asah (saling menajamkan), dan silih asuh (saling melindungi).
PAD, sebagai wadah bagi para Asep di seluruh dunia, memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai ini. Melalui berbagai kegiatan sosial, budaya, dan pendidikan, PAD berupaya untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya Sunda kepada generasi muda, khususnya para Asep dan juga Indonesia sesuai moto Paguyuban Asep Dunia “TI ASEP KU ASEP KEUR INDONESIA”. Dengan demikian, identitas Sunda tidak hanya menjadi warisan masa lalu, tetapi juga menjadi bekal berharga untuk menghadapi tantangan masa depan.

Paguyuban Asep Dunia: Jembatan Budaya pada Era Globalisasi
Pada era globalisasi ini, budaya lokal seringkali terpinggirkan oleh arus budaya global yang semakin deras. PAD hadir sebagai jembatan yang menghubungkan budaya Sunda dengan dunia luar.
Melalui berbagai kegiatan internasional, di antaranya PAD pernah mengirimkan budaya manggung di Malaysia dengan memperkenalkan kekayaan budaya Sunda kepada masyarakat di sana. Ada juga salah seorang bernama Asep yang mengajarkan seni bela diri silat di Vietnam. Begitu juga dengan Asep-Asep yang berada di beberapa negara lain, seperti di Saudi Arabia, Australia, Amerika, Perancis, Chechnya, Thailand, Singapura, dan Hongkong.
Lebih dari itu, PAD juga menjadi wadah bagi para Asep dari berbagai negara untuk saling bertukar pengalaman, pengetahuan, dan ide. Hal ini tidak hanya memperkaya wawasan budaya para anggota, tetapi juga memperkuat jaringan persaudaraan antar Asep di seluruh dunia. Dengan demikian, PAD tidak hanya melestarikan budaya Sunda, tetapi juga mempromosikannya sebagai bagian dari kekayaan budaya dunia.
Menyongsong Masa Depan PAD
Milangkala ke-15 ini menjadi momentum penting untuk merumuskan visi dan misi PAD ke depan. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk memperkuat organisasi, meningkatkan kualitas program, dan memperluas jaringan. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah:

Pertama, penguatan organisasi: Meningkatkan kapasitas pengurus, memperluas keanggotaan, dan membangun sistem manajemen yang profesional.
Kedua, peningkatan kualitas program: Mengembangkan program-program yang inovatif, kreatif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya generasi muda.

Ketiga, perluasan jaringan: Membangun kerjasama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk mendukung program-program PAD.
Keempat, pemanfaatan teknologi: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mempromosikan budaya Sunda dan memperluas jaringan PAD.
Dengan langkah-langkah yang tepat, PAD dapat terus berkontribusi dalam pelestarian budaya Sunda dan penguatan identitas Asep di seluruh dunia. Semoga PAD semakin jaya dan menjadi inspirasi bagi organisasi-organisasi lain dalam upaya pelestarian budaya lokal.
Selamat Milangkala Paguyuban Asep Dunia ke-15!
***
Judul: Asep: Nama, Identitas, dan Jembatan Budaya
Jurnalis: Asep Kuswani
Editor: Asep (HC) Arie Barajati












