Catatan untuk Jumari Haryadi: Larut dalam Kesunyian

Esai ini ditulis oleh: Didin Kamayana Tulus

Ilustrasi: Dua sahabat sedang berjalan gontai di antara hembusan angin malam yang menembus kulit - (Sumber: Bing Image Creator AI)
Ilustrasi: Dua sahabat sedang berjalan gontai di antara hembusan angin malam yang menembus kulit - (Sumber: Bing Image Creator AI)

ASEP NEWSRubrik SASTRA/ESAI, Rabu (15/01/2025) – Artikel berjudul “Catatan untuk Jumari Haryadi: Larut dalam Kesunyianini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

Kabut hujan menggantung berat di udara, mengaburkan pandangan seperti tirai kelabu yang tak kunjung tersingkap. Kami berdua—aku dan kawanku—melangkah gontai menembus malam yang tak berpihak. Langkah kami terdengar seperti gema kapal tua yang berderit di pelabuhan sepi, merangkak pelan di atas geladak yang nyaris tenggelam. Badanku basah kuyup, tubuhku menggigil seperti ranting rapuh yang tak sanggup menahan embusan angin.

Aku terjatuh, lututku menghantam tanah yang dingin dan licin. Lumpur menempel seperti noda yang enggan terhapus. Darahku terasa kental, berdenyut-denyut di setiap pembuluh, menyisakan rasa nyeri yang memeluk tubuhku. Tak ada lagi kekuatan tersisa. Dunia di sekitarku membeku dalam kepasrahan.

Didin Kamayana Tulus
Didin Kamayana Tulus, penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Kawanku berdiri di dekatku. Tubuhnya tinggal kerangka, bagai bayang-bayang yang tak lagi utuh. Dia menatapku dengan mata kosong yang tampak menyimpan ribuan cerita tak terucap. Dalam suaranya yang serak dan terengah-engah, ia bertanya, “Jam berapa?”

Pertanyaan itu menggantung di udara, seperti daun yang melayang jatuh tanpa angin. Untuk apa waktu di sini? Apa maknanya di tengah kesunyian yang begitu dalam hingga tak ada satu pun gema yang kembali? Jam-jam telah kehilangan ketukannya. Tidak ada detik yang berjalan, hanya hujan yang terus-menerus mengguyur, deras, menelan segala rasa, menenggelamkan sisa-sisa arti.

Kami melanjutkan langkah, meski gerakan itu terasa sia-sia. Di mana ujungnya, kami tak tahu. Bahkan, kami tak tahu apakah ujung itu sungguh ada. Aku dan kawanku seperti dua bayangan yang tersesat dalam lorong waktu yang membingungkan. Kami hanyalah tokoh dalam cerita yang tak pernah selesai ditulis.

Hujan terus turun, melukis pola-pola abstrak di atas tanah yang becek. Angin dingin menyapu wajah kami, seakan menghapus segala yang tersisa dari kami. Di bawah naungan malam, kami berhenti. Langkah-langkah kami terhenti bukan karena keinginan, tetapi karena kelelahan yang membungkam semua suara.

Kawanku duduk di sampingku, bersandar pada batu besar yang ditutupi lumut. Kami tidak berbicara, tidak lagi ada kata-kata yang terasa cukup untuk menggambarkan apa yang kami rasakan. Hujan menjadi satu-satunya suara yang terdengar, sebuah nyanyian melankolis yang menemani keheningan kami.

Dalam diam, aku memejamkan mata. Air hujan menetes perlahan dari ujung rambutku, menyelinap ke sela-sela kulitku, membasuh segala yang aku coba pertahankan. Kawanku juga diam, membiarkan hujan menyentuhnya, mungkin membawanya pergi dari semua yang pernah ia tahu.

Kesunyian ini aneh. Ia bukan sekadar ketiadaan suara. Kesunyian ini hidup, mengalir di antara tetes hujan dan desah napas kami. Kesunyian ini seperti cermin, memperlihatkan apa yang ingin kami hindari: kekosongan, kehilangan, dan keterasingan.

Di dalam kesunyian itu, aku dan kawanku terlarut. Kami hanyalah noktah kecil dalam kanvas luas yang tak berbatas. Tidak ada arah, tidak ada tujuan, hanya langkah-langkah yang terseret tanpa makna.

Hujan masih turun, dan kami tetap diam. Dunia bergerak tanpa kami, dan kami membiarkannya begitu. Tidak ada lagi yang perlu dikejar, tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Kami larut dalam kesunyian, membiarkan waktu menghapus jejak-jejak yang perlahan memudar.

Cimahi, 15 Januari 2025

Didin Tulus

***

Judul: Catatan untuk Jumari Haryadi: Larut dalam Kesunyian
Penulis: Didin Kamayana Tulus
Editor: Asep Arie Barajati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *