Memoar Kunjungan ke Islamic Arts Museum Malaysia: Pengalaman Berharga dalam Seminar Internasional Sastra Melayu Islam

Artikel ini ditulis oleh: Didin Kamayana Tulus

Islamic Arts Museum Malaysia
Islamic Arts Museum Malaysia - (Sumber: wikimedia.org)

ASEP NEWS Kolom FEATURE/JALAN-JALAN, Kamis (10/10/2024) – Artikel berjudul “Memoar Kunjungan ke Islamic Arts Museum Malaysia: Pengalaman Berharga dalam Seminar Internasional Sastra Melayu Islam” ini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

Kunjungan saya ke Islamic Arts Museum Malaysia adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Acara yang saya hadiri merupakan “Seminar Internasional Sastra Melayu Islam” ke-17 yang diadakan oleh Dato’ Kemala, sosok budayawan ternama. Saya datang sebagai bagian dari rombongan Numera (Nusantara Melayu Raya) bersama para peserta dari berbagai negara di kawasan Melayu, termasuk Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, dan saya sendiri dari Indonesia.

Islamic Arts Museum Malaysia
Islamic Arts Museum Malaysia – (Sumber: Didin/BJN)

Dalam suasana kebersamaan yang hangat, kami berbondong-bondong menuju museum yang terkenal ini untuk mengeksplorasi kekayaan budaya seni Islam dan mendalami warisan intelektual, serta spiritual yang terkait dengan sastra dan budaya Melayu-Islam.

Sejak melangkahkan kaki di museum ini, saya merasakan aura spiritual dan artistik yang kuat. Bangunan yang megah dengan arsitektur khas Islam menyambut kami dengan kubah besar dan dekorasi geometris yang rumit menghiasi setiap sudut.

Islamic Arts Museum Malaysia adalah rumah bagi salah satu koleksi seni Islam terbesar di Asia Tenggara dan hari itu, kami berkesempatan menyaksikan keindahan artefak seni Islam dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari Tiongkok.

Mushaf Al-Quran dari Tiongkok: Jejak Seni Islam yang Unik

Salah satu momen yang paling membekas bagi saya adalah ketika mengikuti sesi kuratorial yang menampilkan eksplorasi “Mushaf Al-Quran” dari Tiongkok. Seminar ini berlangsung seminggu sebelum kunjungan kami ke galeri, di mana kurator berbagi tentang karakteristik mushaf ini yang sangat unik. Mushaf-mushaf tersebut memiliki gaya kaligrafi yang berbeda dari kaligrafi Arab atau Persia yang lebih umum dikenal. Karakteristik kaligrafinya lebih halus dengan ornamen yang menunjukkan pengaruh budaya Tiongkok yang kental.

Islamic Arts Museum Malaysia
Foto kenangan saat saya berada di dalam Islamic Arts Museum Malaysia – (Sumber: Didin/BJN)

Saya terkesima dengan bagaimana seniman muslim di Tiongkok mampu memadukan elemen-elemen tradisional Islam dengan seni lokal. Mereka meresap dalam tradisi artistik Tiongkok yang halus, tetapi tetap memelihara esensi spiritualitas Islam dalam setiap guratan tinta di atas kertas mushaf. Gaya kaligrafi ini mencerminkan perpaduan harmonis antara dua budaya besar: Islam dan Tiongkok. Ini adalah bukti bahwa Islam dapat berkembang dan menyatu dengan berbagai kebudayaan lokal tanpa kehilangan identitas intinya.

Pengalaman di sesi ini membuka mata saya bahwa seni Islam tidak hanya terbatas pada satu bentuk atau gaya tertentu, melainkan memiliki keberagaman yang luar biasa. Para kurator juga memberikan wawasan tentang proses konservasi artefak-artefak ini yang membutuhkan teknik khusus untuk menjaga keaslian dan keindahannya agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Menelusuri Galeri Tiongkok: Kekayaan Seni Islam di Negeri Tirai Bambu

Setelah sesi kuratorial, saya dan rombongan melanjutkan penjelajahan kami ke Galeri Tiongkok. Di galeri ini, kami disuguhi berbagai macam artefak yang memberikan gambaran luas tentang perkembangan seni Islam di Tiongkok.

Salah satu artefak yang menarik perhatian saya adalah porselen-porselen dengan motif kaligrafi Arab yang dibuat di masa Dinasti Ming. Motif ini menjadi simbol bagaimana seni Islam telah diadopsi dan diserap dalam karya seni Tiongkok selama berabad-abad.

Kami juga melihat banyak koleksi tekstil, senjata, dan kerajinan lainnya yang dipengaruhi oleh seni Islam dengan sentuhan khas Tiongkok yang membuat setiap artefak menjadi unik. Pemandu di galeri memberikan penjelasan rinci tentang sejarah dan nilai-nilai filosofis di balik setiap artefak. Ia menjelaskan bagaimana pengaruh Islam masuk ke Tiongkok melalui Jalur Sutra, jalur perdagangan yang menghubungkan dunia Islam dengan Tiongkok sejak abad ke-7. Di sepanjang jalur tersebut, seni dan budaya Islam berbaur dengan tradisi Tiongkok, menciptakan warisan artistik yang tak tertandingi.

Melalui artefak-artefak ini, saya bisa merasakan betapa dalamnya interaksi antara umat muslim dan masyarakat Tiongkok. Seni Islam di Tiongkok tidak hanya sekadar ornamen atau simbol keagamaan, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal.

Setiap artefak berbicara tentang perjalanan panjang yang penuh dinamika, di mana Islam berkembang di lingkungan budaya yang berbeda. Namun, tetap mempertahankan kekuatannya sebagai ekspresi spiritual.

Refleksi dari Sebuah Perjalanan Budaya

Kunjungan ini dilaksanakan di tengah acara “Seminar Internasional Sastra Melayu Islam ke-17”, meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Sebagai seorang penulis yang peduli dengan warisan budaya Melayu-Islam, pengalaman ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana seni dan sastra dapat menjadi jembatan antara berbagai budaya.

Saya juga terinspirasi oleh bagaimana seni Islam, dalam segala keberagamannya dapat menjadi cermin dari kemajuan intelektual dan spiritual umat muslim di seluruh dunia.

Islamic Arts Museum Malaysia bukan hanya sekadar tempat penyimpanan artefak sejarah, tetapi juga ruang untuk merenung dan belajar tentang bagaimana warisan budaya Islam terus berkembang, baik di kawasan Melayu maupun di seluruh dunia.

Kunjungan ini memperkaya pengalaman saya dalam memahami lebih dalam jejak sejarah dan seni Islam, sekaligus mempererat tali silaturahmi dengan saudara-saudara dari Nusantara yang sama-sama hadir dalam rombongan “Numera”.

Kisah perjalanan ini menjadi memoar yang tak hanya mengisahkan pengalaman fisik, tetapi juga spiritual—sebuah perjalanan yang mempertemukan masa lalu dengan masa kini, dan menawarkan pandangan tentang bagaimana masa depan warisan budaya Islam dapat terus dijaga dan dihargai oleh generasi berikutnya.

***

Judul: Memoar Kunjungan ke Islamic Arts Museum Malaysia: Pengalaman Berharga dalam Seminar Internasional Sastra Melayu Islam
Penulis: Didin Kamayana Tulus
Editor: JHK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *