Lestarikan Seni Longser, YBKM dan Komunitas Bandoengmooi Gelar Pertunjukan “Keuyeup Bodas” di Gedung Kesenian Rumentang Siang Kota Bandung

Pertunjukan longser “Keuyeup Bodas” terinspirasi dari mitos yang berkembang di kawasan Kabupaten Sumedang

Longser
Ilustrasi: Pertunjukan seni longser - (Sumber: YKBM)

Asep News, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (05/10/2024) – Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi (YBKM) dan Komunitas Longser Bandoengmooi Kota Cimahi bekerja sama dengan UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat difasilitasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI, menggelar pertunjukan seni longser bertajuk “Keuyeup Bodas”. Kegiatan ini akan berlangsung pada Sabtu, 5 Oktober 2024, pukul 15.30 WIB di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jln. Baranangsiang No.1, Kota Bandung.

Ketua YKBM, Hermana HMT dalam siaran persnya, Kamis (3/10/2024) menyebutkan bahwa pertunjukan longser “Keuyeup Bodas” merupakan evaluasi akhir kegiatan YBKM tahun 2024 dalam melaksanakan Program Layanan Fasilitasi Bidang Kebudayaan bagi Komunitas dan Pelaku Budaya Kategori Dukungan Institusional bagi Keberlangsungan Organisasi Kebudayaan tahun 2023.

“Dengan adanya program tersebut, kami tim YBKM bersama Longser Bandoengmooi mengucapkan banyak terima kasih pada Kemendikbudristek, Dana Indonesiana, dan LPDP. Alhamdulillah dalam setahun ini dapat merealasikan  empat kegiatan utama, di antaranya; pengembangan strategi keberlanjutan organisasi,  implementasi jangka pendek, program publik, dan program kolaborasi antar institusi kebudayaan,” ujar Hermana.

Hermana HMT, Ketua YKBM - (Sumber: Koleksi pribadi)
Hermana HMT, Ketua YKBM – (Sumber: Koleksi pribadi)

Menurut Hermana, melalui pengembangan strategi keberlanjutan organisasi, dalam kurun waktu tiga tahun ini YBKM bersama Komunitas Longser Bandoengmooi mendorong terwujudnya sebuah konsep Kampung Longser di Kota Cimahi. Kampung Longser dirancang sebagai tempat kunjungan wisatawan atau mayarakat untuk mengenal lebih dekat tentang seni longser dan budaya lainnya di Kota Cimahi.

Peraih meraih penghargaan “Anugerah Kebudayaan Kota Cimahi 2023” untuk kategori Pencipta dan Pengembang Seni Teater tersebut tersebut mengatakan, melalui implementasi jangka pendek, sekarang YBKM memiliki fasiltas berupa computer, printer, kamera foto/video, dan gamelan.

Khusus untuk program publik, pada 2024 ini YBKM menggelar dua judul longser yaitu “Pendekar Gunung Bohong” dan “Keuyeup Bodas”, empat kali pertunjukan di empat tempat ruang publik di Kota Cimahi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung, sedangkan program kolaborasi antar institusi kebudayaan YKBM melakukan kerja sama dengan ISBI Bandung dan pelaku budaya dari beberapa komunitas teater di kawasan Bandung Raya dalam bentuk residensi/pemagangan.

Menurut Hermana, pertunjukan longser “Keuyeup Bodas” adalah pertunjukan kali keempat YBKM bersama Komunitas Longser Bandoengmooi. Ini merupakan kegiatan terakhir tahun 2024 dari pelaksanaan implementasi jangka pendek, program publik dan program kolaborasi antar institusi kebudayaan.

Mantan Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) Periode 2020-2023 tersebut menambahkan bahwa kegiatan pewarisan seni longser yang bertajuk “Pewarisan mewujudkan pelestarian, inovasi, tata kelola, dan sumber daya seni longser berdaya saing” merupakan kegiatan tahun pertama dari tiga tahun yang direncanakan dalam Program Layanan Fasilitasi Bidang Kebudayaan bagi Komunitas dan Pelaku Budaya Kategori Dukungan Institusional bagi Keberlangsungan Organisasi Kebudayaan. Sebauh program pemanfaatan hasil kelola dana abadi kebudayaan Kemdikbudristek Republik Indonesia.

“Walau masih ada kekurangan, alhamdulillah tahun pertama kami bisa melaksanakan program dengan lancar. Kami banyak belajar dari program yang digulirkan pemerintah ini, terutama dalam hal tata kelola organisasi dan keuangan. Tertib administrasi dan pengelolan keuangan yang transparan, juga akuntabel menjadi kunci utama kelancaran program,” ujar Hermana.

Hermana berharap pada tahun kedua dan tahun ketiga bisa terlaksana dengan baik. Ia juga berharap kapasitas tim YBKM/longser Bandoengmooi, pelaku budaya, dan masyarakat pendukungnya setiap tahun semakin meningkat dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Sebagai dramaturg, Mantan Pembina Kesenian Jawa Barat (2006-2007) ini menyebutkan pertunjukan longser “Keuyeup Bodas” dengan pengarah produksi Yoyo C. Durachman, pimpinan produksi Mochammad Fikri, marketing dan komunikasi Ihval Valian, sutradara Fahadfa Alfaj, astrada Hafidz Permana, penata musik Iwa Sundawa, penata tari Apih Ajat, penata pencak silat Asep Gurwawan, dan melibatkan sekitar 45 orang pemain ini terinspirasi dari mitos yang berkembang di kawasan Kabupaten Sumedang.

Kisahnya menceritakan tentang “Keuyeup Bodas” (kepiting putih) dan buaya putih, makhluk raksasa penjelmaan jin. Kedua makhluk raksasa itu masing-masing memiliki pengikut yang banyak, hidup bersama di Sungai Cimanuk, tetapi tidak pernah akur.

Longser
Ilustrasi: Pertunjukan seni longser – (Sumber: YKBM)

Sifat tamak dan ingin menang sendiri yang dimiliki buaya putih menyebabkan ia ingin menguasai sepanjang aliran sungai dari hulu sampai muara sungai pantai utara Indramayu. Dengan sombongnya, ia memproklamirkan diri sebagai penguasa sungai, kemudian berseru kepada seluruh pengikutnya agar membuat danau raksasa dengan membendung Sungai Cimanuk.

Buaya putih menghabiskan hari-hari berbulan madu bersama putri dari ratu penguasa pantai Utara di danau tersebut. Seluruh pengikutnya, mulai dari komunitas kura-kura, biawak, ikan melaksanakan perintah sang Penguasa sungai itu. Kecuali komunitas “Keuyeup Bodas” termasuk kepiting dan makhluk-makhluk kecil lainnya yang menentang rencana pembuatan bendungan raksasa tersebut sehingga menjadi sasaran kemarahan raja sungai yang sedang dimabuk asmara.

Suatu saat buaya putih memerintahkan kepada seluruh panglimanya agar membunuh “Keuyeup Bodas” dan seluruh pengikutnya dengan mengerahkan ribuan pasukannya. Namun, tak satu pun wadya balad “Keuyeup Bodas” dapat ditangkap. Ternyata, sebelum pasukan buaya putih menyerbu, mereka sudah lebih dulu bersembunyi di tempat yang aman.

Menganggap pasukan “Keuyeup Bodas” mengungsi ke tempat lain maka dengan tenang wadya balad buaya putih berbondong-bondong ke daerah Sanghyang Tikoro. Di sanalah mereka menyatukan kekuatan, kemudian menghancurkan tebing-tebing kiri dan kanan sungai. Sanghyang Tikoro longsor. Bongkahan batu dan tanah menutup aliran sungai terjadilah genangan air membanjiri area sawah dan ladang.

Melihat kejadian tersebut, wadya balad “Keuyeup Bodas” gerah. Kemudian “Keuyeup Bodas” menyerukan kepada seluruh prajuritnya agar menjebolkan penyangga air karena akan mengancam keselamatan manusia. Tiba-tiba air pun surut, membuat buaya putih marah. Ia tahu gelagat buruk itu perbuatan “Keuyeup Bodas” maka dengan geram ia menyerukan kepada seluruh pengikutnya agar menyerbu pasukan “Keuyeup Bodas”.

Perintah buaya putih itu ternyata ditentang oleh panglima perangnya sendiri karena membasmi “Keuyeup Bodas” bukan pekerjaan mudah. Jika ingin menaklukan mereka harus dengan cara rékaperdaya. Dengan akal yang sempurna mereka akan bertekuk lutut.

Akhirnya buaya putih menyerukan damai. Namun, seruan itu tidak ditanggapi oleh “Keuyeup Bodas” sehingga membuat buaya putih marah besar. Akhirnya terjadilah pertarungan dan “Keuyeup Bodas” berhasil dirobohkan. Sejak saat itu buaya putih bersumpah, selama bernyawa tetap akan membendung walungan Cimanuk.

“Seandainya aku mati, rohku akan masuk ke dalam hati penguasa negara dan suatu saat orang-orang akan berdatangan. Mereka adalah wakil-wakilku yang akan membendung sungai Cimanuk.”

Keuyeup Bodas menimpalinya, “Silakan jika bisa!”

Mendapat jawaban tersebut membuat buaya putih murka. Pada saat hendak membunuh, tiba-tiba “Keuyeup Bodas” berganti wujud menjadi gumpalan cahaya putih melesat ke angkasa. Buaya putih terkejut, kemudian menggerakkan badannya seketika berubah wujud menjadi gumpalan cahaya merah melesat ke angkasa mengejar cahaya putih.

***

Judul: Lestarikan Seni Longser, YBKM dan Komunitas Bandoengmooi Gelar Pertunjukan “Keuyeup Bodas” di Gedung Kesenian Rumentang Siang Kota Bandung
Sumber: Pers Rilis YKBM
Editor: Jumari Haryadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *