ASEP NEWS, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (27/04/2025) ─ Bertempat di Hotel Grand Savoy Homann, Jln. Asia-Afrika No. 112, Kota Bandung, pada Minggu (27/04/2025), Elitis Daya Media bersama Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara mengadakan acara “Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi: “Bersinergi Dalam Harmoni Sebagai Wadah Pemahaman Budaya dan Inspirasi Spirit Identitas Asia-Afrika di Kota Bandung untuk Mewujudkan Masyarakat Indonesia Cerdas Berbudaya dan Sejahtera”.
Dialog dilaksanakan secara luring dan daring dalam rangka halal bihalal Syawal 1446 Hijriah dan partisipasi peringatan Platinum Jubilee Of The Asian African Conference – Reviving The Spirit Of Bandung 2025.

Hadir secara luring Hj. Elimayanti Padmawijaya selaku ketua pelaksana kegiatan dan owner PT. Elitis Daya Media ( EDM ), Mayjen TNI (Purn.) H. Asep Kuswani, selaku Pembina Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara (Simustara) dan Juga Ketua Dewan Pembina Paguyuban Asep Dunia; Adhitiya Alam Syah (Abah Alam) Sesepuh Penggiat Adat dan Budaya Sunda; Dewan Karamaan Majelis Adat Sunda (MAS); Kawargian Abah Alam (KAA) di Kota Bandung;
Selain itu hadir juga secara luring Miranda H. Wihardja, Pengelola Sistem Penanggalan Tradisional Kalender Sunda; Pendiri/Pembina Yayasan BESTDAYA (Bengekel Studi Budaya); Asep Zaenal Mustofa, M.Epid dari MMS/MajmusSunda News, Hj. Anak Agung Ngurah Sri Artin Dewan Pengawas Yasasan Simustara; Mardiansyah Nugraha, M.A, (Peneliti dan Managing Director di Niskala Institute) yang juga selaku moderato; Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., M.Hum Dekan FSP ISBI Bandung, Pimpinan/Komponis Kelompok Musik Samba Sunda;

Ada juga Ir. H. Rd. Roza Rahmadjasa Mintaredja, M.Ars.; Konsultan/Arsitek Senior, Pemerhati Budaya Sunda Pendiri Lembaga Adat Karatuan Padjadjaran (LAKP); Ari Mulia Subagja Husen (Pupuhu Agung Dewan Karatuan Majelis Adat Sunda), K.H. Thontowi D. Musaddad, M.A Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Wasilah, Kabupaten Garut; Miranda H. Wihardja Pendiri/Pembina Yayasan BESTDAYA (Bengkel Studi Budaya); Lukman Budiman Ketua Yayasan Indonesia Pintar Berkeadilan Sosial/Iluni UI Wilayah Jawa Barat. Selain itu hadir dari Forum Silaturahmi Keraton Nusantara; Eduhub Indonesia ; Majlis Adat Sunda; Sahabat Museum KAA.; Artis Canti Kota Bandung; Karang Taruna Kabupaten Bandung, dll.
Hadir secara daring Prof. Dr. Haryono Suyono, M.A., Ph.D. Kepala BKKBN (1983-1998) / Bapak KB Nasional dan Menko Kesra dan Taskin (1998-1999) Ketua Pembina Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan (YKBRP); Prof. Dr. H. Muhammad Asdar, S.E., M.Si. CWM, Guru Besar FEB-Unhas, Dr. Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes. Pelestari Budaya Sunda/Pinisepuh MMS, Dr. Deny Rismansyah, S.H., M.Si (Dosen dan Pengamat Kebijakan Publik).


Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan, Hj. Elimayanti Padmawijaya, Elitis Daya Media yang dipanggil Hj. Elly, bahwa Semangat Merajut Harmoni berarti memiliki semangat untuk menciptakan dan menjaga kerukunan, kebersamaan, dan persatuan dalam suatu komunitas atau masyarakat.
“Ini adalah upaya untuk membangun hubungan yang positif dan damai, di mana perbedaan dipahami dan dihargai. Hal ini bukan hanya penting bagi individu dan keluarga saja, tetapi juga bagi masyarakat atau bangsa secara umum,” ujar Hj. Elly.

Hj. Elly menambahkan, saatnya kita tidak lagi terus tertegun dan terperangah serta merasa terseok dalam kesadaran budaya, tapi kita juga harus sudah siap untuk berlari kencang dan bersaing di lintasan dunia luas yang terus berlari kencang.
“Dalam dunia yang sedang mencari arah, dunia menanti suara dari Bandung. Semoga ini bukan panggung terakhir yang kita sia-siakan. Insya’ Allah,” jelas Hj. Elly
Menurut penuturan Hj. Elly, Unity in Diversity atau persatuan dalam keberagaman bagi Indonesia mungkin kini mulai terusik. Ada banyak faktor dimana keberagaman di Indonesia menjadi isu yang sensitif. Mulai dari konstelasi politik sampai dengan kagetnya masyarakat Indonesia terhadap sosial media.
“Percaya tidak percaya, sekarang isu mengenai mayoritas dan minoritas sangat menggema di Indonesia. hal ini sungguh meresahkan. Sebanyak kurang lebih 1.331 kelompok suku dan 652 bahasa daerah di Indonesia. Jika Indonesia hanya tentang mayoritas dan minoritas saja, tentu Indonesia tidak tidak akan berdiri kokoh hingga saat ini. Ketika dalam suatu negara minoritas tertindas, berarti ada yang salah dengan mindset di negara ini,” ujar Hj. Elly
Acara dimulai oleh paparan dari Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani, yang menyampaikan bahwa kepemimpinan yang diidolakan yaitu Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, kepemimpinan Prabu Siliwangi. Penjabaran jimatnya Prabu Siliwangi menurut penerawangan Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani adalah Mustika Siliwangi.
“Lambang kepala Harimau itu salah satu yang ada dalam Mustika Siliwangi, di antaranya memiliki khodam Aura yang sangat luar biasa disegani oleh seluruh makhluk yang dilambangkan seperti Harimau, senjatanya adalah 2 (dua) buah kujang, dan intan mutiara merupakan hati yang penuh dengan kesucian dalam pengabdian kepada rakyatnya,” ungkap Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani.

Dari kesemuanya itu, tambah Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani, menjadikan kerajaan yang subur makmur Gemah Ripah Loh Jinawi adalah perjuangan masyarakat sebagai bagian bangsa Indonesia bercita-cita menciptakan ketentraman dan perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran, tata raharja serta mulia abad.
“Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghofur (negeri yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun) adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan sebuah negara ideal dalam Islam, di mana alam dan masyarakatnya baik, dan Tuhan Maha Pengampun atas dosa-dosa penduduknya. Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan visi masyarakat yang adil, sejahtera, dan beradab dengan pemimpin dan aparatur yang tidak hanya berkuasa tetapi juga melayani,” ujar Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani.
Selanjutnya menurut Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani mengatakan bahwa Nuswantara dan Nusantara adalah konsep yang sering dikaitkan dengan wilayah Indonesia, namun keduanya memiliki perbedaan makna dan cakupan.
“Secara umum, Nuswantara merujuk pada wilayah yang lebih luas daripada Nusantara, mencakup area di luar kepulauan Indonesia, sementara Nusantara lebih spesifik pada kepulauan Indonesia,” ujar purnawirawan bintang dua dari TNI AD tersebut dengan penuh semangat.
Mengenai Sistem pertahanan negara di Indonesia, Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani menyampaikan bahwa sesuai Undang-Undang adalah Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Sishankamrata merupakan sistem pertahanan yang bersifat semesta, melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional dalam upaya menjaga kedaulatan negara dengan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta.
“Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, TNI (Tentara Nasional Indonesia) sebagai komponen utama, didukung oleh Komponen Cadangan (Komcad) dan Komponen Pendukung (Komduk),” ujar Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani.
Selanjutnya pembicara lain Prof. Dr. H. Muhammad Asdar, S.E., M.Si. CWM, Guru Besar FEB-Unhas, yang hadir secara daring, menyampaikan menyambut baik dialog ini.
“Saya percaya dan yakin acara dialog ini sangat bermanfat. Saya orang bugis yang jauh dari Bandung merasa dekat dengan budaya Sunda karena saya pernah kuliah dan menyelesaikan S3 saya di Unpad. Tentunya acara semacam ini perlu dipertahankan karena dialog ini sangat bermanfaat dalam kehidupan Bangsa dan negara,” ujar Prof. Asdar.
Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., M.Hum, menyoroti dialog ini hubungannya dengan seni, menyampaikan adanya pertanyaan mahasiswa mengirimkan via WhatsApp kepadanya: “Pak sejauh mana usaha seni itu masih diterima oleh masyarakat? Semua orang memutar otaknya dari mulai kewadulan, revitalisasi sehingga tidak laku di masyarakat, hingga usaha lain yang memaksakan diri agar laku di tengah masyarakat. Bagaimana slogan kebudayaan kesenian jasana sanes lumayan pokokna dianggo hiburan ngaraketkeun duduluran?”
Kemudian Dr. Ismet merespon pernyataan dan pertanyaan mahasiswa tersebut, “Wah ini mahasiwa kritis menurut saya. Akhirnya saya jawab dengan sederhana. Gini dech, saya bilang manusia boleh berencana, kapitalislah yang menentukan itu.”
Ari Mulya Subagja Husen atau akrab disapa Kang Ari menyampaikan betapa pentingnya seluruh komponen bangsa untuk melaksanakan amanah UUD 1945 dan Pancasila menyoroti tentang mencerdaskan kehidupan bangsa hanya diartikan sebagai bangsa Indonesia, harus sekolah setinggi-tingginya.

“Ini Bablas! Yang harus cerdas adalah kehidupan bangsa Indonesia. Bukan individu bangsa Indonesia. Kalau kecerdasan diukur dari individu sekolah tinggi. Kita malu, di Sukamiskin gak ada lulusan SMA, rata-rata S2. Harus sekolah S apalagi kita? Akhirnya dibui,” ujar Kang Ari.
Menyoroti sistem pendidikan, lanjut Kang Ari, ia menyampaikan bahwa ini semua tidak pernah dibuka, diurai kenapa? Karena kita diajarkan berpikir didalam sistem pendidikan kita.
“Bagaimana kita bisa mewujudkan merdeka, bersatu berdaulat adil dan makmur. Kalau cara-cara nya yang sudah dituliskan pada Pancasila dan UUD 1945 ini tidak dipakai,” tandas Kang Ari.
Lukman Budiman dari Iluni Universitas Indonesia Wilayah Jawa Barat, menyoroti pentingnya pendikan kebudayaan.
“Kalau Kementerian Pendidikan punya sekolah, kalau Kementerian Agama punya sekolah maka Kementerian Kebudayaan harus membuat sekolah juga, maksudnya sekolahnya bukan yang ada kurikulumnya, tapi dibuat sekolah adat. Mungkin di Bali ada, mungkin di Sumatera Barat ada, mungkin di Sunda ada ya. Nah itu harus dihidupkan, dan itu harus diakui negara sebagai isntitusi resmi untuk mendidik sumber daya manusia Indonesia,” ujar Lukman.
Selanjutnya dialog diisi dengan pembicara lain, seperti Miranda H. Wihardja Pendiri/Pembina Yayasan BESTDAYA (Bengkel Studi Budaya) yang dikenal sebagai ahli dalam membuat kalender sunda, Hj. Eni Sumarni, M.Kes. dan Dr. Deny Rismansyah, S.H., M.Si, berdasarkan perspektif dan sudut pandang lainnya.
Kegiatan dialog ini sangat bermanfaat untuk menemukan dan menjelaskan tentang komponen komunikasi, situasi komunikasi, peristiwa komunikasi, tindakan komunikasi, dan makna komunikasi yang bersinergi dalam harmoni sebagai wadah pemahaman budaya dan inspirasi spirit identitas Asia-Afrika di Kota Bandung untuk mewujudkan masyarakat Indonesia Cerdas Berbudaya dan Sejahtera.
Dialog sangat bermanfaat karena membahas tentang pengalaman, masalah, dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari, dengan narasumber kunci di antaranya guru besar dan akademisi, budayawan, dan praktisi berbagai disiplin/profesi/talenta.
“Selamat berjumpa kembali pada dialog berikutnya,” pungkas Hj. Elly. (AZM)
***
Judul: Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara Bersama Elitis Daya Media Sukses Mengadakan Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi
Reporter: Asep Zaenal Mustofa (AZM)
Editor: Jumari Haryadi